Iklan

Wednesday, 13 September 2017

MULIA
KARENA LISAN YANG TERJAGA

Alloh Ta’ala berfirman,

مَّايَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
 “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaf : 18).
Sesungguhnya lisan merupakan salah satu nikmat Alloh yang amat besar dan salah satu ciptaan Alloh yang menakjubkan. Bentuknya kecil, namun perannya besar dalam ketaatan dan kemaksiatan. Bahkan kekufuran dan keimanan tidak bisa diketahui dengan jelas kecuali dengan persaksian lisan, padahal keduanya merupakan puncak dari ketaatan dan kemaksiatan.
Lisan merupakan salah satu ayat-ayat Alloh. Dia berfirman,
ولسانا وشفتين وهديناه النجدين
“Lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (QS Al-Balad : 9-10).
Lisan adalah raja atas semua anggota tubuh. Semua tunduk dan patuh kepadanya. Jika ia lurus, niscaya semua anggota tubuh ikut lurus. Jika ia bengkok, maka bengkoklah semua anggota tubuh.
Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,
اذا اصبح ابن ادم فان الاعضاء كلها تكفر اللسان فتقول
اتق الله فينا فانما نحن بك فان استقمت استقمنا و ان اعوججت اعوججنا
“Apabila anak cucu Adam masuk waktu pagi hari, maka seluruh anggota badan tunduk kepada lisan, seraya berkata, ‘Bertakwalah kepada Alloh dalam menjaga hak-hak kami, karena kami mengikutimu, apabila kamu lurus, maka kami pun lurus, dan apabila kamu bengkok, maka kami pun bengkok’.” (HR at-Tirmidzi dan Ahmad).
Seorang manusia bisa masuk surga disebabkan lisannya. Apabila benar lisannya, maka dia akan mendapatkan pahala, dan sebaliknya bila salah maka dia mendapatkan dosa. Lisan manusia bisa mewujudkan dzikir, tasbih, dan tahlil, atau membaca al-Qur`an, atau ucapan amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada manusia, dan mengajak mereka kepada kebaikan. Lisan adalah salah satu nikmat Alloh jika dipergunakan oleh hamba untuk kebaikan, petunjuk, dan kesholihan.
Lisan memang senang mengembara ke tempat yang tak bertujuan, lahannya luas tiada terbatas dan bertepi. Ia memiliki peran yang besar di dalam lahan kebajikan, dan juga di dalam keburukan. Maka barangsiapa yang mengumbar lisannya dengan bebas dan tidak mau mengendalikannya, maka syetan akan menggiringnya ke dalam segala sesuatu yang dia ucapkan. Lalu menyeretnya ke jurang kehancuran, dan selanjutnya jatuh ke dalam kebinasaan.
Tidak seorang pun dapat selamat dari tergelincirnya lisan kecuali orang yang mau mengendalikannya dengan tali kekang syariat, sehingga lisannya tidak mengucapkan kecuali sesuatu yang memberi manfaat di dunia dan akhirat. Ketika Aisyah berkata kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam,
حسبك من صفية كذا وكذا تعني قصيرة
فقال : لقد قلت كلمة لو مزجت بماء البحر لمزجته
“Cukuplah bagi Anda bahwa Shofiyah itu orangnya begini, begini.” Maksudnya tubuhnya pendek. Maka Nabi bersabda kepadanya, “Engkau telah mengucapkan suatu perkataan yang bila dicampur dengan air laut niscaya dia akan merubahnya.” (HR Abu Dawud).
H. Akbar Mardani
Khidmat Ilmiah Manaqib Ba'da Isyroq
Madrasah Arrafiiyah Ciomas Bogor 

Sabtu, 19 Agustus 2017

No comments:

Post a Comment